Jumat, 01 April 2011

Soft Skill

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Dewasa ini tidak sedikit mahasiswa maupun dosen/pengajar yang belum memahami seberapa perlunya kita mengembangkan soft skill dalam diri mereka. Sering kali kita melihat pengajar yang menurut saya memiliki intelektual yang tinggi dan pengetahuan yang sangat luas dibidangnya, namun mereka kurang bisa mengajak mahasiswanya untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan nyaman, sehingga hal tersebut menyebabkan mahasiswa terlalu kaku dan kesulitan dalam menangkap materi yang disampaikan oleh pengajar tersebut. Tipe pengajar seperti ini cenderung menimbulkan aura yang menegangkan ketika mengajar, sehingga mahasiswa lebih memilih berdiam diri daripada menanyakan materi yang tidak mereka mengerti.
Kurangnya interaksi antara mahasiswa dengan pengajar dapat menimbulkan ketimpangan dalam proses belajar mengajar. Sehingga tidak sedikit mahasiswa yang mengeluh karena tidak mengerti karena kesulitan dalam menangkap materi yang disampaikan pengajarnya.
Tidak sedikit pula mahasiswa yang berpikir hanya dengan banyak membaca buku-buku pelajaran mereka akan berhasil, padahal apa yang ada pada buku hanyalah informasi yang bersifat teoritis dan tidak selalu sesuai dengan kebenarannya dilapangan atau prakteknya. Sehingga ketika mereka dihadapkan dengan suatu masalah/kasus dilapangan, mereka tidak bisa menyesuaikan diri dengan situasi tesebut karena terpaku dengan teori yang menjadi andalan mereka.
Sekolah tinggi-tinggi selain untuk memperoleh pendidikan, wawasan, pengetahuan, menciptakan lapangan kerja dan juga untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Jadi tidak hanya pendidikan hard skill yang dibutuhkan, justru harus diimbangi dengan bekal soft skill. Banyak perusahaan atau pengguna tenaga lulusan perguruan tinggi yang mengeluh karena mutu lulusan lebih mengandalkan kemampuan nilai akademis yang tinggi (hard skill) daripada soft skill.
Alhasil dalam bekerja mereka tidak tangguh, bertabiat seperti kutu loncat, tidak dapat bekerja sama, cepat bosan, kurang jujur, tidak memiliki integritas, kurang rasa humor dan tak bisa berinteraksi dengan orang lain. Sepertinya, apa yang diberikan di bangku kuliah/sekolah tidak lagi sesuai dengan apa yang dibutuhkan di lapangan kerja. Sebagian besar mata kuliah yang diajarkan, bisa dibilang berupa teori (hard skill). Padahal, banyak bukti yang menunjukkan bahwa penentu kesuksesan justru keahlian yang tergolong lunak (soft skill).
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, penulis akan mengangkat masalah peran penting pendidikan soft skill dalam meningkatkan daya saing bangsa. Agar dapat dirumuskan solusi-solusi atas beragam masalah yang ada, guna memperbaiki mutu pendidikan yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada daya saing bangsa.

1.2. Tujuan
Karya tulis ini bermaksud untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut:
• Menjelaskan secara singkat mengenai indikator-indikator soft skill
• Untuk memberikan gambaran seberapa pentingnya soft skill dalam meningkatkan daya saing bangsa
• Menjelaskan secara singkat mengenai cara mengembangkan kemampuan soft skill

1.3. Metode Penelitian
Penelitian ini tidak terkait oleh tempat, karena objek penelitian diambil dari perkembangan masalah pendidikan dilingkungan perkuliahan. Sumber data berasal dari beberapa pendapat baik dari kalangan dosen maupun dari kalangan mahasiswa.
Adapun sampel dalam pembahasan ini adalah berasal dari beberapa pendapat yang dianggap bisa dijadikan perwakilan dari keseluruhan pendapat yang ada dilingkungan perkuliahan.
Adapun pengambilan sampel ini, dilakukan dengan wawancara dengan beberapa narasumber. Wawancara ini sengaja saya lakukan dengan lebih dari satu narasumber dengan maksud agar saya dapat memperoleh lebih banyak informasi yang saya perlukan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang ada dengan menggunakan model analisis interactive model. Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan berbagai pendapat yang berkembang dan untuk dapat menelaah masalah, dengan cara mengungkapkan data dari berbagai sumber yang ada. Analisis yang digunakan untuk dapat menemukan simpul-simpul masalah melalui usaha mengembangkan karakteristik pesan yang dilakukan secara objektif dan sistematis.

1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam karya tulis ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
• Gambaran singkat mengenai soft skill
• Gambaran singkat mengenai hal-hal yang dapat kita capai dengan soft skill
• Gambaran soft skill dimata beberapa orang
• Gambaran mengenai contoh cara mengembangkan kemampuan soft skill










BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Indikator Soft Skill
Soft Skill didefinisikan sebagai “personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance”. Berikut adalah beberapa indikator soft skill yang diolah dari Personal Soft Skill Indicator, Jhon Doe, Performance DNA International, Ltd., (2001)
NO SOFT SKILL KETERANGAN
01 Personal Effectiveness Kemampuan mendemontrasikan inisiatif, kepercayaan-diri, ketangguhan, tanggung jawab personal dan gairah untuk berprestasi
02 Flexibility
Ketangkasan dalam beradaptasi dengan perubahan baru
03 Management
Kemampuan mendapatkan hasil dengan menggunakan sumberdaya yang ada, sistem dan proses
04 Creativity/ Innovation
Kemampuan memperbaiki hal-hal yang sudah lama, kemampuan menciptakan dan menggunakan hal-hal baru (sistem, pendekatan, konsep, metode, desain, tehnologi, dan lain-lain)
05 Futuristic thinking
Kemampuan memproyeksikan hal-hal yang perlu dicapai atau hal-hal yang belum tercapai
06 Leadership Kemampuan mencapai hasil dengan memberdayakan orang lain
07 Persuasion
Kemampuan dalam meyakinkan orang lain agar berubah ke arah yang lebih baik
08 Goal orientation
Kemampuan dalam memfokuskan usaha untuk mencapai tujuan, misi, atau target
09 Continuous learning
Kesediaan untuk menjalani proses learning, memperbaiki diri dari praktek, menjalankan konsep baru, tehnologi baru atau metode baru
10 Decision-making Kemampuan menempuh proses yang efektif dalam mengambil keputusan
11 Negotiation Kemampuan memfasilitasi kesepakatan antara dua pihak atau lebih
12 Written communication Kemampuan mengekspresikan pendapat atau perasaan dengan bahasa tulis yang jelas dan mudah dipahami orang lain
13 Employee development/Coaching Kemampuan memfasilitasi dan mendukung kemajuan orang lain
14 Problem-solving
Kemampuan mengantisipasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah
15 Teamwork
Kemampuan dalam bekerjasama dengan orang lain secara efektif dan produktif
16 Presenting
Kemampuan mengkomunikasikan pesan di depan orang banyak secara efektif
17 Diplomacy
Kemampuan menangani kesulitan atau isu sensitif secara diplomatif, bijak, efektif, dengan pemahaman yang mendalam terhadap kultur, iklim dan politik yang berkembang di tempat kerja
18 Conflict management Kemampuan menyelesaikan konflik secara konstruktif
19 Empathy Kemampuan untuk bisa peduli pada orang lain
20 Customer service
Kemampuan mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan orang lain atau pelanggan
21 Planning / Organizing
Kemampuan menggunakan logika, prosedur atau sistem untuk mencapai sasaran
22 Interpersonal skills
Kemampuan berkomunikasi secara efektif, dan bisa menjalin hubungan secara harmonis dengan orang lain.
23 Self-management Kemampuan mengontrol-diri atau mengelola potensi dan waktu untuk mencapai hasil yang lebih bagus





2.2. Pentingnya Soft Skill

Soft Skill adalah sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku tersebut menurut Abdurrahman adalah kejujuran, rasa percaya diri (self Con fidence), motivasi yang tinggi, kemampuan beradaptasi dengan perubahan, kompetensi interpersonal, orientasi nilai yang menunjukkan kinerja yang efektif dan jiwa kwirausahaan (entrepeneurship).
Kejujuran akan mampu membuat seseorang berani meyampaikan sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Kejujuran memungkinkan seseorang untuk mengevaluasi diri dengan baik karena berani mengakui kekurangan dan siap untuk memperbaikinya. Disisi lain kejujuran akan mempengruhi seseorang untuk mempengaruhi pribadi tersebut untuk mengungkapkan kelebihannya, sehingga akan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi. Yaitu, pada kemampuannya untuk menyelesaikan tugas dan menghadapi tantangan. Untuk mempunyai kemampuan menghadapi tantangan tersebut orang mempunyai motivasi yang tinggi. Begitu pula seterusnya dengan komponen soft skill yang lain, semakin banyak komponen soft skill tersebut ada pada diri seseorang, maka semakin mantaplah pribadi tersebut.
Soft skill itu dapat diartikan sebagai kecerdasan emosional, soft skill juga dapat diartikan kemampuan diluar teknis dan akademik. Jadi soft skill itu adalah sebuah kemampuan dimana kita bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan siapa saja. Hal ini sangat penting, karena tanpa adanya sosialisasi dan interaksi yang baik, maka biasanya bila dalam penyampaian perkuliahan dilihat dari kenyataan yang ada, mahasiswa akan merasa tidak nyaman dan akan sangat lamban sekali dalam menguasai materi perkuliahan yang disampaikan oleh pengajar terseebut. Pengajar/dosen adalah pelayan masyarakat, dan seorang pengajar wajib memiliki kemampuan soft skill yang baik, selain dia juga memiliki kemampuan hard skill yang mapan pula.
Dengan sosialisasi dan interaksi yang baik kepada mahasiswa, maka diharapkan mahasiswa tersebut dapat menyenangi pengajar tersebut dan diharapkan dengan menyenangi dosen tersebut, mahasiswa akan dengan sendirinya tertarik dengan perkuliahan yang diberikan oleh pengajar tersebut.







2.3. Mengembangkan Soft Skill
Pengajar sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa, memiliki peranan penting dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran. Kemampuan yang dikembangkan tidak hanya ranah kognitif dan psikomotorik semata yang ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan ketrampilan, melainkan juga ranah kepribadian mahasiswa. Pada ranah ini mahasiswa harus menumbuhkan rasa percaya diri sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya sendiri yakni manusia yang berkepribadian mantap dan mandiri. Manusia utuh yang memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang mengendalikan dirinya dengan konsisten, dan memiliki rasa empati. Menurut Howard Gardner dalam bukunya yang bejudul Multiple Inteligences (1993), bahwa ada 2 kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan kepribadian yaitu :
1. Kecerdasan Interpersonal (interpersonal Intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan kemampuan untuk menjadi relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain.
2. Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang diri. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan berani.
Mengingat pentingya soft skill dalam upaya membentuk karakter mahasiswa, maka strategi pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah dengan mengoptimalkan interaksi antara pengajar dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa, pengajar dengan mahasiswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah. Disamping itu perlu juga kreativitas pengajar untuk mampu memancing mahasiswa untuk terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial, dan emosional. Dengan demikian bila hal itu sudah terbiasa dilakukan oleh mahasiswa maka akan terbawa nantinya bila mereka terjun di dunia kerja dan di masyarkat.
Menurut beberapa pendapat, salah satu cara menciptakan soft skill dikalangan mahasiswa adalah dengan membentuk diskusi kelompok. Dengan diskusi, kita dapat mengajarkan kepada mehasiswa bagaimana berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama yaitu dengan cara bagaimana mereka dapat menghargai pendapat orang lain dan bagaimana berdebat dengan baik. Sepintar apapun orang itu, tanpa ia memiliki sosialisasi dan interaksi yang baik terhadap lingkungan disekitarnya, maka kepintarannya hanyalah hal yang sia-sia, karena hal tersebut tidak akan berguna bagi siapapun.
Beberapa manfaat (soft skill) yang didapat melalui kegiatan-kegiatan organisasi kemahasiswaan, contohnya sebagai berikut:
Fokus
Kegiatan ekstrakuler dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam resume kita. Apalagi jika kita sudah menentukan target karir yang mungkin akan ditekuni kelak. Kita bisa mengidentifikasi organisasi atau posisi dalam organisasi yang akan mengarahkan pada tujuan tersebut. Misalnya, jika kita berpikir tentang karir di bidang keuangan nantinya, maka jadilah bendahara suatu organisasi atau unit kegiatan, bergerak dibidang apapun organisasi tersebut. Jika kita bertugas menjadi seksi publikasi dalam suatu kegiatan maka kita melangkah lebih dekat ke karir di bidang periklanan atau public relations (hubungan masyarakat). Menulis newsletter atau pers release untuk organisasi atau kegiatan yang diselenggarakan organisasi, tidak peduli apa pun subjeknya, mestinya akan membuat resume kita lebih mengesankan bila kelak ingin bekerja sebagai jurnalis.
Komitmen
Keterlibatan dalam organisasi kampus akan lebih menunjukkan komitmen kita pada bidang karir tertentu. Keikutsertaan dalam komunitas ekonomi syariah menunjukkan pada perusahaan bahwa kita mengerti tentang bisnis syariah. Aktif di komunitas pemrograman misalnya, menunjukkan bahwa kita senantiasa berupaya di atas standar dalam bidang itu. Keterlibatan dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menunjukkan ketertarikan kita pada politik atau layanan publik. Mengajar anak jalanan misalnya, tidak hanya membuat kita tahu bagaimana cara mengajar yang baik tetapi juga menunjukkan hasrat kita untuk memberikan pendidikan pada orang lain.



Asah Ketrampilan dan Dapatkan Pengalaman Memimpin
Bagi mahasiswa yang sedang memilih aktivitas ekstrakurikuler untuk menyalurkan minat, bakat, hobi, dan kegemaran sekaligus mengembangkan soft skill yang diperlukan dalam pengembangan karir, ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan:
- Identifikasi ketrampilan yang dibutuhkan untuk karir kelak dan usahakan mencapai posisi dalam organisasi kampus yang dapat mengasah ketrampilan yang diperlukan tersebut
- Jika belum yakin dengan karir kita nanti, organisasi kampus bisa dijadikan sebagai jalan untuk mencoba berbagai macam tipe dan bidang pekerjaan sehingga bisa membantu alam memutuskan karir kita kelak
- Mencoba untuk menjadi ketua dalam organisasi daripada hanya sebagai anggota. Pemberi kerja senang dengan orang yang memiliki pengalaman leadership yang kuat
- Jika tidak punya waktu untuk menjadi ketua organisasi (atau jika tidak terpilih), tetap cari kesempatan pengalaman memimpin, misalnya dengan menjadi ketua panitia dalam suatu kegiatan
- Dengan bekal beragam pengalaman ekstrakurikuler selama kuliah. Banyak pemberi kerja (perusahaan) yang senang dengan orang yang memperlihatkan bahwa dia bisa bekerja sama dengan berbagai macam orang dalam berbagai kegiatan. Hal ini juga memperlihatkan bahwa kita adalah orang yang mempunyai banyak minat
- Keanggotan dalam organisasi kampus merupakan komponen penting dalam keseluruhan pengalaman (disamping pengalaman pernah bekerja paruh waktu dan magang). Pilih dengan bijaksana, dan kerjakan dengan antusias. Keterlibatan dalam berbagai kegiatan di kampus dapat memperkuat resume kita seperti halnya pengalaman di luar kampus, dan dapat mempertemukan kita dengan orang-orang yang mungkin tidak dapat kita jumpai apabila kita tidak terlibat dalam organisasi.



Mengembangkan Soft Skill Siswa/Mahasiswa Melalui Pembelajaran Kontekstual
Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill), tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Pendidikan soft skill bertumpu pada pembinaan mentalitas agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan. Hasil penelitian mengungkapkan, kesuksesan seseorang hanya ditentukan sekitar 20 persen dengan hard skill dan sisanya 80 persen dengan soft skill.
Proses pendidikan merupakan perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif) seseorang, maka pendidikan seharusnya menghasilkan output dengan kemampuan yang proporsional antara hard skill dan soft skill. Selain karena kurikulum yang memiliki muatan soft skill yang rendah dibanding muatan hard skill, ketidakseimbangan antara soft skill dengan hard skill juga dapat disebabkan oleh proses pembelajaran yang menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil ujian.
Banyak guru yang memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah memiliki nilai hasil ulangan/ujian yang tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses pembelajaran yang konvensional (teacher centered), baik dalam penyampaian demikian juga pada proses penilaianya. Saat ini sudah saatnya guru lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan proses belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student centered learning).
Setiap orang termasuk peserta didik sudah memiliki soft skill walaupun berbeda-beda. Soft skill ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik atau bernilai (diterapkan dalam kehidupan sehari-hari) melalui proses pembelajaran. Pendidikan soft skill tidak seharusnya melalui satu mata pelajaran khusus, melainkan dintegrasikan melalui mata pelajaran yang sudah ada atau dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satunya adalah pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Selain itu, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan komponen utama pembelajaran. Yaitu, konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya. Sebuah Kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual apabila menerapakan ketujuh komponen tersebut dalam proses pembelajaran.
Dari ketujuh komponen tersebut, pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada dunia kehidupan nyata, berpikir tingkat tinggi, aktivitas siswa, aplikatif, berbasis masalah nyata, penilaian komprehensif, dan pembentukan manusia yang memiliki akal sehat. CTL dilaksanakan melalui beberapa pendekatan pengajaran, antara lain:
1. Belajar berbasis masalah
2. Pengajaran autentik
3. Pengajaran berbasis Inquiri
4. Belajar berbasis proyek/tugas terstruktur
5. Belajar berbasis kerja
6. Belajar berbasis layanan
7. Belajar kooperatif
Pendekatan pengajaran dapat di implementasikan melalui strategi pembelajaran kontekstual yang meliputi:
1. Menekankan pentingnya pemecahan masalah/problem
2. Perlunya proses pembelajaran dilakukan dalam berbagi konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja
3. Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran, agar siswa dapat belajar mandiri
4. Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda
5. Mendorong siswa belajar dari sesama teman dan belajar bersama
6. Menggunakan penilaian autentik
Melalui pendekatan dan strategi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat mengembangkan soft skill siswa. Soft skill yang akan muncul dalam diri siswa sebagai akibat dari implementasi pembelajaran kontekstual meliputi:
1. Berpikir kritis
2. Kemauan belajar
3. Motivasi
4. Berkomunikasi
5. Kreatif
6. Memecahkan masalah
7. Bekerja sama
8. Mandiri
9. Berargumentasi logis
10. Memimpin
11. Mengembangkan diri

2.4. Pendidikan Berbasis Hard Skill dan Soft Skill
Harus disadari pendidikan di negeri ini masih berorentasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ), namun kurang mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional intelligence (EQ) dan spiritual intelligence (SQ).
Lihat saja kurikulum dalam pembelajaran di berbagai sekolah bahkan perguruan tinggi lebih menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil ujian. Banyak Guru/Dosen yang memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah memiliki nilai hasil ulangan/ujian yang tinggi. Maka tak heran Ujian Nasional (UN) sering dijadikan acuan dalam keberhasilan siswa, padahal belum tentu benar.
Seiring perkembangan jaman, pendidikan yang hanya berbasiskan hard skill yaitu menghasilkan lulusan yang hanya memiliki prestasi dalam akademis, kini tak relevan lagi. Sekarang pembelajaran juga harus berbasis pada pengembangan soft skill (interaksi sosial) sebab ini sangat penting dalam pembentukan karakter anak bangsa sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Pendidikan soft skill bertumpu pada pembinaan mentalitas agar mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill) saja, tetapi juga oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill.
Sebenarnya dalam kurikulum KTSP berbasis kompetensi jelas dituntut muatan soft skill. Namun penerapannya tidaklah mudah sebab banyak tenaga pendidik tak paham apa itu soft skill dan bagaimana penerapannya? Soft skill merupakan bagian ketrampilan dari seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Dikarenakan soft skill lebih mengarah kepada ketrampilan psikologis maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata namun tetap bisa dirasakan.
Akibat yang bisa dirasakan adalah perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja sama, membantu orang lain dan lainnya. Keabstrakan kondisi tersebut mengakibatkan soft skill tidak mampu dievaluasi secara tekstual karena indikator-indikator soft skill lebih mengarah pada proses eksistensi seseorang dalam kehidupannya. Pengembangan soft skill yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama sehingga mengakibatkan tingkatan soft skill yang dimiliki masing-masing individu juga berbeda.

2.5. Penerapan dan Membentuk Karakter
Keterpurukan mental dan moralitas sebagian pemimpin atau generasi bangsa ini dikarenakan kurangnya pendidikan soft skill. Adanya korupsi, narkoba, seks bebas, ugal-ugalan dan sebagainya merupakan akibat dari sedikitnya sentuhan atau pengembangan terhadap EQ dan SQ yang menjadi bagian soft skill. Pembelajaran berbasis soft skill sangat berperan membentuk karakter peserta didik dan ini akan terbawa hingga terjun berinteraksi kedalam masyarakat.
Melihat sangat pentingnya soft skill, maka sudah menjadi kewajiban Guru/Dosen mulai menerapkan pendidikan soft skill. Pendidikan soft skill tidak seharusnya melalui satu mata pelajaran khusus saja, melainkan diintegrasikan melalui semua mata pelajaran yang sudah ada atau dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Misalnya; pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dengan mengutamakan berita-berita yang masih hangat dikalangan mahasiswa.
Dengan diterapkannya pendidikan soft skill secara otomatis akan mendorong mahasiswa berkemauan belajar, bekerjasama, berkomunikasi, kreatif, berpikir kritis, memecahkan masalah, memimpin, mengembangkan diri, saling berinteraksi serta keahlian lainnya. Secara perlahan tapi pasti akan membentuk karakter mahasiswa kearah yang lebih positif.

2.6. Tuntutan Pasar Kerja
Ketidaksinerjaan antara hard skill dan soft skill, harus segera diatasi, antara lain dengan memberikan bobot yang lebih kepada pengembangan soft skill. Para pendidik baik di sekolah dan terlebih-lebih pada perguruan tinggi, diharapkan mengembangkan soft skill, baik melalui intrakurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Sehingga akan tercipta lulusan yang tangguh dalam hard skill sekaligus soft skill. Jika tidak, lulusan perguruan tinggi akan semakin banyak yang menganggur karena tak sesuai dengan kebutuhan pasar. Percuma banyak lulusan dari berbagai disiplin ilmu yang di hasilkan tiap tahun dari setiap jenjang pendidikan, namun belum mampu memberikan kontribusi yang berarti.
Saatnya Guru, Dosen maupun tenaga pendidik menerapkan pendidikan/pembelajaran berbasis hard skill dan soft skill yang mencakup pengembangan IQ, EQ dan SQ. Hal ini sangat penting dan mendesak sebab di negara ini banyak orang yang pintar tapi sebagian kerjanya hanya untuk mintar-mintari yang lain dan membodohi rakyat. Dengan diterapkannya hard skill dan soft skill kelak akan menghasilkan generasi yang cerdas, jujur, berakhlak mulia, bermoral, beriman, bertakwa, berbudi pekerti, beretika, sopan santun dan peduli terhadap sesama manusia maupun lingkungan.
Inilah formula yang tepat dalam menghasilkan karakter bangsa yang bermartabat ditengah terpuruknya moralitas bangsa ini. Secara perlahan tapi pasti karakter budaya koruptif akan terkikis. Alangkah bahagianya dan maju jika bangsa ini dipimpin dan diisi oleh orang-orang yang memiliki kecerdasan hard skill (IQ) dan soft skill (EQ dan SQ). Mari kita terapkan bersama.


















BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Dari Kajian-kajian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
• Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill), tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Pendidikan soft skill bertumpu pada pembinaan mentalitas agar mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan
• Dilihat dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, peningkatan daya saing bangsa dengan melihat pengembangan komponen soft skill, telah jelas bahwa dengan adanya peningkatan komponen soft skill, akan mempengaruhi peningkatan daya saing bangsa menuju ke arah yang lebih baik.

3.2. Saran
Untuk meningkatan daya saing bangsa, penulis menyarankan beberapa hal, sebagai berikut:
• Diperlukan sosok pengajar yang memiliki kemampuan soft skill dan hard skill yang baik untuk bisa memaksimalkan kemampuan mahasiswa
• Perlunya partisipasi dari semua kalangan guna meninngkatkan daya saing bangsa menuju ke arah yang lebih baik, karena dengan adanya kerjasama antara peserta didik dengan pendidik, akan menciptakan suatu keserasian yang bisa menciptakan individu yang berhasil
Ingat! Pendidikan merupakan garda terdepan kunci kesuksesan pembangunan bangsa dan negara.


DAFTAR PUSTAKA

http://daengrusle.com
http://infomedia.com/sripo
Republika.co.id
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/072007/18/0901.htm
http://www.infocomcareer.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar